Rabu, 24 April 2013

Pendidikan Karakter


Pendidikan karakter
Sebelum membahas mengenai pendidikan karakter pertama kita harus mengetahui mengenai apa itu karakter.karakter merupakan sikap yang khas yang melekat pada diri seorang individu sehingga kemudian sikap atau sifat yang khas tersebut dengan karakter, sesorang yang berkarangter atau memiliki karakter dewasa ini sangat di perlukan karna seorang yang memiliki karakter akan mampu bertindak dan mengambil keputusan sesuai yang dapat di pertanggung jawabkan oleh nya, karna keputusan tersebut sesuai dengan karakter nya maka tidak sulit baginya untuk mempertanggung jawabkan keputusan yang telah di ambil tersebut.
Dewasa ini berbagai lembaga pendidikan mulai dari tingkat dasar, menengah, atas bahkan tingkat perguruan tinggi berlomba lomba untuk mencanangkan program pendidkan karakter untuk peserta didiknya, hal ini di tujukan supaya output atau lulusan peserta didik yang di hasilkan adalah peserta didik yang memiliki karakter, sebenarnya pendidikan karakter sangat cocok di masukan dalam kurikulum pendidikan anak usia dini karna dalam usia usia demkian mereka masih kosong, dalam artian tidak ada nilai nilai negatif yang menginternalisasi pada diri nya seperti yang di kemukaan oleh john locke mengenai aliran empiris dimana perkembangan seorang anak tergantung pada lingkungan tempat dia tumbuh dan lingkungan yang akan menjadi beckground jehidupan seorang anak tentu keluarga namun pada era saat ini peran keluarha sering di gantikan dengan peran pendidikan usia dini sehingga pendidikan karakter ini cocok di masukan dalam kurikulum pendidikan anak usia dini.
Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang berlandaskan budi pekerti yang di internalisasikan dalan diri peserta didik, pendidikan karakter yang akhir akhir ini gencar untuk di canangkan oleh beberapa lembaga pendidikan harus dapat melibatkan tiga aspek penting dalam menumbuhkan karakter seorang individu, di antara nya pengetahuan yang di mana lembaga pendidikan harus menyuntikan pengetahuan-pengetahuan yang berlandaskan atas budi pekerti atau prilaku yang baik sesuai dengan nilai norma dalam mayarakat. Yang kedua adalah perasaan di mana seorang individu atau peserta didik harus menerima pengetahuan tersebut dengan perasaan ikhlas perasaan ikhlas yang di maksut di sini adalah menurut. Menurut bukan berati melakukan semua hal yang di perintahkan tanpa menyaring pengetahuan tersebut baik atau buruk. Segala pengetahuan baik yang di terima oleh seorang individu lembaga harus mampu membuat pengetahuan tersebut menginternalisasi dalam diri individu dan perasaan nya sehingga tanpa adanya paksaan yang terus menerus individu tersebut mampu mengaplikasikan nya dalam kehidupan di masyarakat. Yang ke tiga adalah tindakan. Setelah proses memasukan pengetahuan dan menginternalisasi pengetahuan tersebut lewat perasaan aspek ketiga adalah tidakan dimana lembaga harus membiasakan semua individu yang berada pada lembaga tersebut tanpa terkecuali harus membiasakan diri bertindak sesuai dengan internalisasi nilai nilai berkarakter. Contok kecil saja dalam sebuah pendidikan di sebuah sekolah dasar sebuah lembaga pasti menyuntikan pengetahuan rajin pangkal pandai  yang artinya siswa sekolah dasar tersebut harus disiplin dalam hal apapun seperti siapa yang rajin masuk sekolah tepat waktu adalah orang yang disiplin dan pasti pandai, siapa yang mengerjakan tugas tugas sekolah dengan benar adalah orang yang disiplin dan pandai serta yang mengerjakan soal ulangan dengan jujur adalah orang yang disiplin dan padai. Semua hal tersebut di lakukan sekolah untuk membentuk karakter bahwa peserta didik harus disiplin dalam hal apapun. Namun ironis nya saat ujian nasional berlangsung para pendidik, guru bahkan kepala sekolah berlomba lomba untuk mencarikan peserta didiknya bocoran jawaban unas. Apakah hal ini bukan berarti menidai pendidikan karakter yang selama ini di agung agungkan. Celakanya hampir semua sekolah di negara ini melakukan hal sama untuk meminimalisasi kegagalan dalam ujian nasional peserta didiknya.
Lalu bagaimana jika pendidikan karakter tersebut di analisis menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT sering di pakai dalam perencanaan pendekatan dalam sebuah pendidikan. Tujuan dari adanya analisis SWOT adalah supaya program yang di canangkan dalam sebuah progran pendidikan khususnya dapat di ketahui kelebihan dan kelemahannya. Dengan adanya analisis SWOT di harapkan segala bentuk kekuatan dapat lebih di maksimalkan, kelemahan dapat di minimalkan, ancaman dapat di reduksi dan peluang dapat di bangun se lebar lebarnya.
Kita tahu unsur pertama dalam analisis SWOT adalah Kekuatan dari aspek internal harus di ketahui seberapa kuat sebuah lembaga pendidikan mampu menginternalisasi segala nilai norna yang ada sehingga menjadi sebuah bentuk karakter pada seorang individu sementara seorang individu hanya menyisihkan waktunya beberapa jam dalam sehari untuk di habiskan di sekolah apakan denganwaktu yang tidak panjang tersebut sebuah lembaga pendidikan dapat melakukan program nya. Dari sini sebuah pendidikan harus menyusun bagaimana dengan waktu yang singkat tersebut seorang individu dalam hal ini adalah peserta didik mampu menginternalisasi pengetahuan yang di dapatkan dari sekolah dalam dirinya dan di aplikasikan dalam kehidupan nya di luar sekolah seperti keluarga ataupun tempat dia menghabiskan waktu luangnya. Dalam hal ini seharusnya kekuatan kembaga harus dapat menandingi kuatnya kebiasaan buruk seorang individu untuk mengubahnya denga kebiasaan yang berkarakter menurut lembaga tersebut. Yang artinya sistem yang di bangun harus lebih kuat ketimbang ego seorang individu yang ingin di bentuk karakternya tersebut
Yang ke-dua adalah kelemahan. Di mana dalam setiap progman yang di canangkan tentu ada beberapa kelemahan yang mungkin terjadi saat proses menjalankan nya. Dengan analisis SWOT tentu sebuah lembaga tau sekirannya apa saja kelemaha yang ada pada program pendidikan karakter tersebut misalnya saja bawaan lahir seorang individu bisa saja terpecah ketika individu tersebut di paksa untuk mengikuti program program yang di rasa oleh sebuah lembaga adalah yang terbaik. Kita ambil contok sebuah sekolah favorit di sebuah daerah memaksa semua peserta didik nya harus bisa menulis sebuah karya ilmiah yang berbobot dan baik sehingga semua pelajaran penting yang ada dalam sekolah tersebut harus selalu di lakukan penelitian dan di masukan dalam sebuah karya ilmiah, dengan harapan ketika lulus kelak semua peserta didik nya dapat menjadi seorang intelek yang mampu memberikan sumbangsi berupa tulisan yang di anggap sebagai jendela ilmu. pada permukaan nya sebenarnya progam tersebut tidak ada salah nya, tapi bagaimana dengan seorang individu yang lebih condong untuk menyukai seni seperti lukis, tari tarian, nyanyi atau bahkan bola, basket, voli dan lain sebagainya. Bukan kah ini berarti sekolah tersebuh menciptakan sebuah kelemahan progran yang di wujutkan denga paksaan apa yang tidak di sukai oleh seorang peserta didik. Dalam mengurangi kelemahan yang demikian seharusnya sebuah lembaga memberi wadah yang tepat untuk masing masing peseta didik untuk dapat mengembangkan bakat nya dengan sukarela bukan dengan paksaan sehingga karakter yang terbentuk akan seimbang atau heterogen bukan pada satu konsentrasi atau satu keahlian yang sama. Dengan begitu kelemahan untuk memberikan pendidikan karakter bisa di tekan se minim mungkin dengan rasa sukarela untuk belajar dari individu atau peserta didik.
Selanjutnya yang ke-tiga adalah peluang. Di mana peluang harus di bangun dengan sebaik baiknya oleh sebuah lembaga supaya program pendidikan karakter dapat berjalan dengan baik. Misalnya saja dengan di adakanya ekstra kulikuler yang beraneka macam sehingga peserta didik dapat mengasah bakat nya dan menumbuhkan minat nya untuk berprestasi dalam bidang yang di pilih. Perlu di tekankan kembali bahwa peran sebuah lembaga pendidikan bukan hanya untuk mentransfer ilmu pengetahuan dari seorang guru kepada seorang siswa sehingga yang di katahui guru dapat pula di ketahui oleh siswa. Tidak, karena sebuah lembaga memiliki peran yang lebih penting lagi yaitu mengeksploitasi minat dan bakat siswa atau peseta didik untuk dapat menemukan siapa sebenarnya dirinya dan apa yang bisa dia lakukan untuk memberi perubahan pada negri ini. Semua dapat di terapkan dengan adanya ekstra kulikules sebagai jembatan untuk peserta didik yang memiliki kelebihan di bidang non akademik. Seperti hal nya dahlan iskhan dulu dia bukanlah orang yang pandai bahkan dia putus kuliah pada tahun ketiga namun karna adanya kegiatan yang lebih dia sukai dan kegiatan tersebut memberikan dia peluang untuk maju menjadi sesorang yang lebih baik bahkan menjadi seperti sekarang ini maka dia memilih untuk lebih fokus pada pilihannya tersebut. Hal ini sedikit membuktikan bahwa bangku sekolah tidak selamanya dapat membentuk karakter seorang individu. maka dari itu untuk menciptakan peluang pembentukan karakter sekolah harus mampu memberikan wadah berupa kegiatan sekolah yang mampu membentuk karakter sesuai dengan bawaan atau bakat yang di miliki oleh seorang individu.
Yang ke-empat adalah ancaman.dalam setiap progam bukan hanya pada sebuah lembaga besar seperti sekolah setiap diri individu pun memiliki ancaman yang selalu menghantui, namun yang perlu di tekankan adalah bagaimana cara yang tepat untuk mereduksi atau menghambat sebuah ancaman dalam program pendidikan karakter. Kita tahu bahwa pendidikan karakter adalah pemberian sederet pengetahuan dari sebuah lembaga pendidikan mungkin berupa aturan atau himbauan untuk tunduk pada aturan sehingga aturan tersebut dapat menginternalisasi dalam diri individu dan di wujudkan sebagai tindakan yang khas pada seorang individu. Dari sini ancaman yang mungkin terjadi mungkin seperti menurunya minat dan semangat peserta didik untuk mengikuti proses pendidikan atau sekolah karna di cecali dengan sederet aturan yang membuat peserta didik tidak nyaman untuk mengikuti proses pendidikan atau sekolah sehingga dalam kasus yang demikian sekolah atau lembaga pendidikan harus bisa menghambat ancaman ancaman yang mungkin terjadi seperti kasus di atas mungkin dengan suntikan-suntikan lembut terhadap peserta didik untuk dapat menerima aturan yang di buat oleh lembaga pendidikan. Demikian juga dengan lembaga yang bersangkutan harus bijak dalam menentukan aturan yang di masukan dalam sebuah lembaga. Sebelum nya lembaga pendidikan harus sadar bahwa setiap individu dengan individu lain adalah hal yang berbeda sehingga mereka tentu memiliki karakter yang berbeda beda pula. Kembali pada analisis ke-tiga di mana lembaga pendidikan harus membangun peluang bagi peserta didik untuk menumbuhkan karakternya sesuai dengan bakat yang di miliki dengan mengadakan berbagai ekstra kulikuler yang mendukung. Sehingga untuk mereduksi ancaman gagalnya sebuah pendidikan karakter sebuah sekolah harus memberikan peluang bagi setiap peserta didik untuk mengembangkan bakat yang dimiliki nya lewat ekstra kulikuler
Dapat di ambil kesimpulan bahwa pendidikan karakter  yang di terapkan pada sekolah sekolah di indonesia harus lebih menekankan pada karakter bawaan yang di miliki oleh masing masing individu karna ketika sebuah lembaga pendidikan atau sekolah memaksakan program yang itu-itu saja ini bukan merupakan pendidikan karakter yang dapat membentuk karakter khas pada seorang individu melaingkan pendidikan karakter yang membentuk karakter sekolah atau lembaga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar