Pendidikan karakter
Sebelum
membahas mengenai pendidikan karakter pertama kita harus mengetahui mengenai
apa itu karakter.karakter merupakan sikap yang khas yang melekat pada diri
seorang individu sehingga kemudian sikap atau sifat yang khas tersebut dengan
karakter, sesorang yang berkarangter atau memiliki karakter dewasa ini sangat
di perlukan karna seorang yang memiliki karakter akan mampu bertindak dan
mengambil keputusan sesuai yang dapat di pertanggung jawabkan oleh nya, karna
keputusan tersebut sesuai dengan karakter nya maka tidak sulit baginya untuk
mempertanggung jawabkan keputusan yang telah di ambil tersebut.
Dewasa
ini berbagai lembaga pendidikan mulai dari tingkat dasar, menengah, atas bahkan
tingkat perguruan tinggi berlomba lomba untuk mencanangkan program pendidkan
karakter untuk peserta didiknya, hal ini di tujukan supaya output atau lulusan
peserta didik yang di hasilkan adalah peserta didik yang memiliki karakter,
sebenarnya pendidikan karakter sangat cocok di masukan dalam kurikulum pendidikan
anak usia dini karna dalam usia usia demkian mereka masih kosong, dalam artian
tidak ada nilai nilai negatif yang menginternalisasi pada diri nya seperti yang
di kemukaan oleh john locke mengenai aliran empiris dimana perkembangan seorang
anak tergantung pada lingkungan tempat dia tumbuh dan lingkungan yang akan
menjadi beckground jehidupan seorang anak tentu keluarga namun pada era saat
ini peran keluarha sering di gantikan dengan peran pendidikan usia dini
sehingga pendidikan karakter ini cocok di masukan dalam kurikulum pendidikan
anak usia dini.
Pendidikan
karakter merupakan pendidikan yang berlandaskan budi pekerti yang di
internalisasikan dalan diri peserta didik, pendidikan karakter yang akhir akhir
ini gencar untuk di canangkan oleh beberapa lembaga pendidikan harus dapat
melibatkan tiga aspek penting dalam menumbuhkan karakter seorang individu, di
antara nya pengetahuan yang di mana lembaga pendidikan harus menyuntikan
pengetahuan-pengetahuan yang berlandaskan atas budi pekerti atau prilaku yang
baik sesuai dengan nilai norma dalam mayarakat. Yang kedua adalah perasaan di
mana seorang individu atau peserta didik harus menerima pengetahuan tersebut
dengan perasaan ikhlas perasaan ikhlas yang di maksut di sini adalah menurut. Menurut bukan berati melakukan
semua hal yang di perintahkan tanpa menyaring pengetahuan tersebut baik atau
buruk. Segala pengetahuan baik yang di terima oleh seorang individu lembaga
harus mampu membuat pengetahuan tersebut menginternalisasi dalam diri individu
dan perasaan nya sehingga tanpa adanya paksaan yang terus menerus individu
tersebut mampu mengaplikasikan nya dalam kehidupan di masyarakat. Yang ke tiga
adalah tindakan. Setelah proses memasukan pengetahuan dan menginternalisasi
pengetahuan tersebut lewat perasaan aspek ketiga adalah tidakan dimana lembaga
harus membiasakan semua individu yang berada pada lembaga tersebut tanpa
terkecuali harus membiasakan diri bertindak sesuai dengan internalisasi nilai
nilai berkarakter. Contok kecil saja dalam sebuah pendidikan di sebuah sekolah
dasar sebuah lembaga pasti menyuntikan pengetahuan rajin pangkal pandai yang
artinya siswa sekolah dasar tersebut harus disiplin dalam hal apapun seperti
siapa yang rajin masuk sekolah tepat waktu adalah orang yang disiplin dan pasti
pandai, siapa yang mengerjakan tugas tugas sekolah dengan benar adalah orang
yang disiplin dan pandai serta yang mengerjakan soal ulangan dengan jujur
adalah orang yang disiplin dan padai. Semua hal tersebut di lakukan sekolah
untuk membentuk karakter bahwa peserta didik harus disiplin dalam hal apapun.
Namun ironis nya saat ujian nasional berlangsung para pendidik, guru bahkan
kepala sekolah berlomba lomba untuk mencarikan peserta didiknya bocoran jawaban
unas. Apakah hal ini bukan berarti menidai pendidikan karakter yang selama ini
di agung agungkan. Celakanya hampir semua sekolah di negara ini melakukan hal
sama untuk meminimalisasi kegagalan dalam ujian nasional peserta didiknya.
Lalu
bagaimana jika pendidikan karakter tersebut di analisis menggunakan analisis
SWOT. Analisis SWOT sering di pakai dalam perencanaan pendekatan dalam sebuah
pendidikan. Tujuan dari adanya analisis SWOT adalah supaya program yang di
canangkan dalam sebuah progran pendidikan khususnya dapat di ketahui kelebihan
dan kelemahannya. Dengan adanya analisis SWOT di harapkan segala bentuk
kekuatan dapat lebih di maksimalkan, kelemahan dapat di minimalkan, ancaman
dapat di reduksi dan peluang dapat di bangun se lebar lebarnya.
Kita
tahu unsur pertama dalam analisis SWOT adalah Kekuatan dari aspek internal
harus di ketahui seberapa kuat sebuah lembaga pendidikan mampu
menginternalisasi segala nilai norna yang ada sehingga menjadi sebuah bentuk
karakter pada seorang individu sementara seorang individu hanya menyisihkan
waktunya beberapa jam dalam sehari untuk di habiskan di sekolah apakan
denganwaktu yang tidak panjang tersebut sebuah lembaga pendidikan dapat
melakukan program nya. Dari sini sebuah pendidikan harus menyusun bagaimana
dengan waktu yang singkat tersebut seorang individu dalam hal ini adalah
peserta didik mampu menginternalisasi pengetahuan yang di dapatkan dari sekolah
dalam dirinya dan di aplikasikan dalam kehidupan nya di luar sekolah seperti
keluarga ataupun tempat dia menghabiskan waktu luangnya. Dalam hal ini
seharusnya kekuatan kembaga harus dapat menandingi kuatnya kebiasaan buruk
seorang individu untuk mengubahnya denga kebiasaan yang berkarakter menurut
lembaga tersebut. Yang artinya sistem yang di bangun harus lebih kuat ketimbang
ego seorang individu yang ingin di bentuk karakternya tersebut
Yang
ke-dua adalah kelemahan. Di mana dalam setiap progman yang di canangkan tentu
ada beberapa kelemahan yang mungkin terjadi saat proses menjalankan nya. Dengan
analisis SWOT tentu sebuah lembaga tau sekirannya apa saja kelemaha yang ada
pada program pendidikan karakter tersebut misalnya saja bawaan lahir seorang
individu bisa saja terpecah ketika individu tersebut di paksa untuk mengikuti
program program yang di rasa oleh sebuah lembaga adalah yang terbaik. Kita
ambil contok sebuah sekolah favorit di sebuah daerah memaksa semua peserta
didik nya harus bisa menulis sebuah karya ilmiah yang berbobot dan baik
sehingga semua pelajaran penting yang ada dalam sekolah tersebut harus selalu
di lakukan penelitian dan di masukan dalam sebuah karya ilmiah, dengan harapan
ketika lulus kelak semua peserta didik nya dapat menjadi seorang intelek yang
mampu memberikan sumbangsi berupa tulisan yang di anggap sebagai jendela ilmu.
pada permukaan nya sebenarnya progam tersebut tidak ada salah nya, tapi
bagaimana dengan seorang individu yang lebih condong untuk menyukai seni
seperti lukis, tari tarian, nyanyi atau bahkan bola, basket, voli dan lain
sebagainya. Bukan kah ini berarti sekolah tersebuh menciptakan sebuah kelemahan
progran yang di wujutkan denga paksaan apa yang tidak di sukai oleh seorang
peserta didik. Dalam mengurangi kelemahan yang demikian seharusnya sebuah
lembaga memberi wadah yang tepat untuk masing masing peseta didik untuk dapat
mengembangkan bakat nya dengan sukarela bukan dengan paksaan sehingga karakter
yang terbentuk akan seimbang atau heterogen bukan pada satu konsentrasi atau
satu keahlian yang sama. Dengan begitu kelemahan untuk memberikan pendidikan
karakter bisa di tekan se minim mungkin dengan rasa sukarela untuk belajar dari
individu atau peserta didik.
Selanjutnya
yang ke-tiga adalah peluang. Di mana peluang harus di bangun dengan sebaik
baiknya oleh sebuah lembaga supaya program pendidikan karakter dapat berjalan
dengan baik. Misalnya saja dengan di adakanya ekstra kulikuler yang beraneka
macam sehingga peserta didik dapat mengasah bakat nya dan menumbuhkan minat nya
untuk berprestasi dalam bidang yang di pilih. Perlu di tekankan kembali bahwa
peran sebuah lembaga pendidikan bukan hanya untuk mentransfer ilmu pengetahuan dari
seorang guru kepada seorang siswa sehingga yang di katahui guru dapat pula di
ketahui oleh siswa. Tidak, karena sebuah lembaga memiliki peran yang lebih
penting lagi yaitu mengeksploitasi minat dan bakat siswa atau peseta didik
untuk dapat menemukan siapa sebenarnya dirinya dan apa yang bisa dia lakukan
untuk memberi perubahan pada negri ini. Semua dapat di terapkan dengan adanya
ekstra kulikules sebagai jembatan untuk peserta didik yang memiliki kelebihan
di bidang non akademik. Seperti hal nya dahlan iskhan dulu dia bukanlah orang
yang pandai bahkan dia putus kuliah pada tahun ketiga namun karna adanya
kegiatan yang lebih dia sukai dan kegiatan tersebut memberikan dia peluang
untuk maju menjadi sesorang yang lebih baik bahkan menjadi seperti sekarang ini
maka dia memilih untuk lebih fokus pada pilihannya tersebut. Hal ini sedikit
membuktikan bahwa bangku sekolah tidak selamanya dapat membentuk karakter
seorang individu. maka dari itu untuk menciptakan peluang pembentukan karakter
sekolah harus mampu memberikan wadah berupa kegiatan sekolah yang mampu
membentuk karakter sesuai dengan bawaan atau bakat yang di miliki oleh seorang
individu.
Yang
ke-empat adalah ancaman.dalam setiap progam bukan hanya pada sebuah lembaga
besar seperti sekolah setiap diri individu pun memiliki ancaman yang selalu
menghantui, namun yang perlu di tekankan adalah bagaimana cara yang tepat untuk
mereduksi atau menghambat sebuah ancaman dalam program pendidikan karakter. Kita
tahu bahwa pendidikan karakter adalah pemberian sederet pengetahuan dari sebuah
lembaga pendidikan mungkin berupa aturan atau himbauan untuk tunduk pada aturan
sehingga aturan tersebut dapat menginternalisasi dalam diri individu dan di
wujudkan sebagai tindakan yang khas pada seorang individu. Dari sini ancaman
yang mungkin terjadi mungkin seperti menurunya minat dan semangat peserta didik
untuk mengikuti proses pendidikan atau sekolah karna di cecali dengan sederet
aturan yang membuat peserta didik tidak nyaman untuk mengikuti proses
pendidikan atau sekolah sehingga dalam kasus yang demikian sekolah atau lembaga
pendidikan harus bisa menghambat ancaman ancaman yang mungkin terjadi seperti
kasus di atas mungkin dengan suntikan-suntikan lembut terhadap peserta didik
untuk dapat menerima aturan yang di buat oleh lembaga pendidikan. Demikian juga
dengan lembaga yang bersangkutan harus bijak dalam menentukan aturan yang di
masukan dalam sebuah lembaga. Sebelum nya lembaga pendidikan harus sadar bahwa
setiap individu dengan individu lain adalah hal yang berbeda sehingga mereka
tentu memiliki karakter yang berbeda beda pula. Kembali pada analisis ke-tiga
di mana lembaga pendidikan harus membangun peluang bagi peserta didik untuk
menumbuhkan karakternya sesuai dengan bakat yang di miliki dengan mengadakan
berbagai ekstra kulikuler yang mendukung. Sehingga untuk mereduksi ancaman
gagalnya sebuah pendidikan karakter sebuah sekolah harus memberikan peluang
bagi setiap peserta didik untuk mengembangkan bakat yang dimiliki nya lewat
ekstra kulikuler
Dapat
di ambil kesimpulan bahwa pendidikan karakter
yang di terapkan pada sekolah sekolah di indonesia harus lebih
menekankan pada karakter bawaan yang di miliki oleh masing masing individu
karna ketika sebuah lembaga pendidikan atau sekolah memaksakan program yang
itu-itu saja ini bukan merupakan pendidikan karakter yang dapat membentuk
karakter khas pada seorang individu melaingkan pendidikan karakter yang
membentuk karakter sekolah atau lembaga.